Senin, 27 Agustus 2007

Psikologi dan SDM

Pemberi kuliah: Bpk M. Enoch Markum
Judul: Psikologi dan Sumber Daya Manusia
Waktu: Senin, 27 Agustus 2007
Tempat: Auditorium Gd.H


Berikut adalah notulensi sesi tanya-jawab kuliah umum Senin 27 Agustus 2007 lalu. Dua dari empat penanya berikut ini adalah mahasiswa angkatan 2007. Kuliah umum ini tersedia dalam format audio. Komentar Anda sangat diharapkan.


(Rininda) Saya merasa di Indonesia, tenaga kerja lebih banyak dianggap sebagai human resources daripada human capital. Kenapa begitu?
Ada dua jenis aset dalam organisasi: tangible (alat, gedung, dll) dan intangible (pengetahuan seorang karyawan). Nilai aset intangible 3 kali dibanding tangible aset: lebih sulit bagi organisasi untuk mengganti staf ahli dibanding mengganti mesin. Dalam budaya, termasuk organisasi, selain symbols dan rituals juga terdapat heroes (pahlawan). Heroes dalam konteks organisasi merupakan karyawan yang expert. (Menjawab pertanyaan Anda) Pertama, kesadaran terhadap heroes rendah. Kedua, heroes harus diciptakan (talent management). Ketiga, memperhatikan sisi kemanusiaan tenaga kerja: stress, emosi, dll.
-


(Diti) Tenaga kerja di Indonesia tersebar karena Indonesia merupakan negara kepulauan, yang banyak penduduknya terbelakang (masih terikat oleh hukum daerah dan hukum alam). Bagaimana peran psikologi mengembangkan SDM ini?
Kalau Anda ingin mengembangkan potensi mereka (kualitas kesehatan, pendidikan), Anda bisa masuk ke progam studi Intervensi Sosial. Beberapa waktu yang lalu Bagian Psikologi Sosial, bekerja sama dengan instansi di Kepulauan Seribu, mengubah sikap nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya --dengan menjadi nelayan budidaya, mereka menjadi lebih tangguh dalam kompetisi.

Anda benar bahwa budaya penting dipertimbangkan dalam intervensi. Pastikan intervensi tidak bertentangan dengan budaya, untuk meminimalisasi resistensi. Selain itu, intervensi juga dilakukan secara bertahap untuk mencapai ke kondisi yang lebih baik.
-


(Olga) Kualitas SDM Indonesia tertinggal oleh Singapura, padahal Singapura negara kecil. Apakah kualitas SDM Singapura yang tinggi tersebut justru dipengaruhi oleh kecilnya negara mereka (SDM-nya tidak seberagam Indonesia sehingga mudah diatur)?
Tingkat kesulitan meningkatkan kualitas SDM Indonesia memang lebih tinggi dibanding Singapura: penduduk lebih banyak, negara lebih luas, penduduknya heterogen, dsb. Salah satu keberhasilan negara Jepang adalah karena masyarakatnya homogen. Heterogenitas 220 juta penduduk Indonesia (misalnya, dari tidak tahu ada komputer, kenal komputer, sampai mahir komputer) malah dirasa sebagai beban. Faktor yang lain adalah frekuensi konflik kekerasan di negara tersebut (negara-negara di selatan lebih maju dibanding negara-negara utara karena frekuensi konflik kekerasan di negara selatan lebih jarang). Kekerasan ini merupakan indikasi bahwa storming di negara-negara ini terlalu lama (termasuk Indonesia), sehingga tidak sempat mengalami norming, apalagi performing.
-


(Olga) Apakah kriteria ‘Jujur’ masih relevan dengan masa sekarang?
Peningkatan kualitas SDM bisa dilakukan dengan management by objective dan management by value. Management by objective, karena memungkinkan terjadinya kecurangan (misal, mencapai target produktif dengan mencuri hasil kerja orang lain), masih dapat menyebabkan kerugian. Ini diatasi dengan management by value. ‘Jujur’ masih sangat relevan bukan sebagai exposed value (nilai yang diketahui), tapi sebagai enacted value (nilai yang dipraktikkan). Dalam konteks pendidikan, misalnya, Anda sebagai mahasiswa diharapkan tidak melakukan scientific misconduct (misalnya, plagiasi tulisan ilmiah, memanipulasi data penelitian, dll).
-


(Herni) Bapak Enoch mengusulkan 6 sikap kunci mengembangkan SDM bangsa. Di acara Business Art from Mario Teguh di O Channel dibahas 4 kunci sukses (jujur, kerja keras, mudah dibantu, dan memiliki keterdesakan). Bagaimana hubungan kedua usulan kunci tersebut?
Enam kunci sikap yang saya ajukan tersebut merupakan hasil observasi. Orang lain, peneliti lain mungkin saja mendapatkan insight yang berbeda.
-


(Herni) Salah satu dari 6 point (mengembangkan SDM bangsa) tadi adalah ‘tahu kemampuan diri.’ Bukankah untuk maju kita harus berani keluar dari zona nyaman?
Dikaitkan dengan risiko, ada tiga macam tingkahlaku: low-risk, moderate-risk, dan high-risk. ‘Tahu kemampuan diri sendiri’ bukan refleksi dari high-risk (ini lebih dekat dengan berjudi), tapi dengan moderate-risk (nama lainnya adalah calculated-risk).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Blogger ini bagus dan pasti berguna sekali Mas Adi untuk civitas F.Psi.UI dan umum.
Kalau bisa isinya lebih beragam dan lebih banyak lagi (bahasannya) . Setidaknya sudah "out of the box" (+).

Salut untuk UPA

Anonim mengatakan...

"...negara-negara di selatan lebih maju dibanding negara-negara utara karena frekuensi konflik kekerasan di negara selatan lebih jarang..."

Nggak kebalik nih? Setahu saya, dalam dialog utara-selatan itu negara2 utara diposisikan sebagai negara industrialis maju (Amerika Utara, Eropa, Rusia, Jepang, Korea), sementara negara2 selatan diposisikan sebagai negara miskin dan berkembang (Amerika Selatan, Benua Afrika, Asia Selatan & Tenggara).